Home EDITORIAL Merayakan Kekonyolan

Merayakan Kekonyolan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Pesta ulang tahun rasanya hanya sebatas ritual merayakan kekonyolan. Konyol jika ARENA yang ke-41 kemarin sama dengan 42 sekarang. Apa yang baru dari ARENA? ARENA masih sama kulturnya sejak dulu. Tak jauh dari pena, wacana, dan berpergerakan. Sekretnya pun masih penuh latu dan berisi orang-orang rebel yang tak jelas masa depannya. Dibilang seniman ya bukan, penulis kok masih wagu, aktivis ya bisa jadi, akademikus ya masuk angin, yah, tidak jelas yang asyik. Yang baru mungkin ketika pergantian pemain di tiap tahun, sembari tetap mewarisi romantisme sejarah para demisioner.

Kalau diibaratkan sebuah keluarga besar, ARENA adalah keluarga yang masih berakrobat memegang kode etiknya sendiri. Kami masih sama saja berusaha mengenyahkan harta karun kaum pecundang dengan gerakan-gerakan perlawanan. Baik ketika berproses, berdialektika, membaca, menulis, hingga menghasilkan produk-produk konkrit. Bergerak santai, tapi memukul. Berbicara datar, tapi menikam. Menulis sederhana, tapi membunuh.

Atau kami adalah keluarga yang beranggotakan orang-orang cerdas nan menjemukan. Kebanyakan orang yang menolak kedangkalan, berpikiran rumit, yang terbuang dari lingkungan, dan cuek pada diri. Semakin lengkap dengan gaya gembel, miskin, lucek, jarang mandi, tapi di baliknya membawa misi mulia: memperjuangkan kemaslahatan Rakyat dan membela kaum tertindas.

Dalam pintunya ARENA menghamparkan tempat yang nyaman untuk menetap orang-orang yang dasarnya tak kuat untuk menetap. Di dalamnya terjalin suatu hubungan romantis karena mensyaratkan cinta yang Marxist. Cinta yang dibuktikan lewat hal-hal material, sikap, dan hasil produksi, bukan sebatas lewat ucapan. Act speaks louder. Militansi bagi kami dibuktikan lewat proses-proses praksis. Asketisisme  ganjil yang telah kami khusyuki dalam laku keseharian.

Waktu episodik pasti menuakan ARENA, tapi durasi quality time yang bersama kami ciptakan di ruang 3×6 meter ini, akan senantiasa kami tunjukkan dalam menganalisis gerak zaman. Membaca zaman virtual seperti sekarang, biar kelihatan ngehitz dan kekinian, kami akan menambah gambar, menambah grafis, menambah video, menambah banyak data, agar sesuai dengan selera generasi android. Eek intelektual dengan mudahnya dapat kita temukan dimana-mana dalam fesbuk, WA, instagram, google, dan serambannya, kami akan tetap menjadi antitesa yang mengalirkan aliran ide alternatif. Sisi-sisi gelap semisal hoax, conspiracy, fake news,  adalah kamar kekelaman yang sebisa mungkin kami tekan.

Tak lupa, untuk ke depan kami akan menciptakan pasar kami sendiri. Mungkin dengan jalur propaganda yang lebih revolusioner, yang itu masih kami pikirkan sambil jalan. Kami akan setia memupuk pesimisme buat penguasa, kapitalisme, neoliberalisme, dan gerakan otoritarian. Dus menyebar benih tumbuh pada proletariat, seperti yang dipesankan Umberto Eco: peran media bisa sangat bermakna bukan karena ia membunuh raksasa, tapi karena ia memberi banyak nama dan ruang kepada orang-orang kecil.

Di dunia ini banyak orang yang tidak berubah meski dunia telah berubah. Setiap sikap yang kami ambil adalah tujuan yang kami cari. Dan pada akhirnya perubahan tak menentukan siapa diri kami, tapi apa yang kami pilihlah yang menentukan. Dirgahayu 42 tahun LPM ARENA: Yang Bungkam Tak Akan Abadi.

[Redaksi]