Lpmarena.com- Gemah Ripah, begitu nama sebuah kelompok tani di desa Bausasran, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta. Kelompok tani yang berdiri pada 4 Agustus 2009 ini bertujuan untuk mewadahi warga yang hobi dalam pertanian, baik menanam maupun mengolah. Beranggotakan dan dikelola oleh ibu-ibu RW 09, yang sebelumnya pernah mendapatkan ilmu berkebun dan bertani pada Sekolah Lapangan (SL) yang diadakan oleh Dinas Pertanian DIY.
Di lahan sempit perkotaan yang hanya seluas 350m² milik seorang anggota, kelompok tani yang mayoritas perempuan ini melakukan aktivitas bertaninya. Mulai menanam tanaman edibel atau yang bisa dimakan seperti sayuran, buah-buahan, tanaman obat, hingga budidaya lele. Tomat, terong, sawi, cabai, kemangi, selada dan masih banyak lagi tanaman edibel bisa kita jumpai di kebun Gemah Ripah.
(Tanaman kemangi di Kebun Gemah Ripah)
“Selain kita bisa mandiri pangan, dari kebun Gemah Ripah kita bisa menghasilkan uang,” ucap Winaryati Esperansa selaku pengelola kebun Gemah Ripah. Hasil berkebun di Gemah Ripah, tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan sayuran untuk pribadi atau membuat warga Bausasran khususnya RW 9 mandiri pangan, tetapi juga dapat dijual. Dalam seminggu, kebun Gemah Ripah selalu panen. Untung yang didapat selama sebulan mencapai Rp.500.000.
Saat ini ada 30 orang warga yang terlibat secara bergantian dalam mengelola kebun Gemah Ripah. Biaya yang dikeluarkan untuk pendanaan berbagai kebutuhan kebun Gemah Ripah sudah mencapai Rp. 40.000.000 hingga saat ini. Pendanaan untuk pembelian pupuk, pembuatan sumur, pembelian pompa air, beli tendon, pemasangan listrik dan lain-lain. Semua itu di penuhi dengan iuran swadaya pengelola.(Tanaman kembang kol di kebun Gemah Ripah)
Menurut Marfuah, pengelola kebun Gemah Ripah, aktivitasnya dikebun tidak mengganggu pekerjaannya sebagai Ibu Rumah Tangga. Begitu pula bagi Endah Wahyuni dan Kenny, selaku ibu Rumah Tangga yang terlibat sebagai pengelola kebun Gemah Ripah. Pertama, karena aktivitas yang dilakukan fleksibel, tidak kaku. Tidak ada jadwal pakem dalam melakukan aktivitas berkebun.
“Yang terlibat disini sebenarnya atas dasar kecintaannya kepada aktivitas berkebun. Sehingga tanpa adanya peraturan yang kaku, mereka pun bisa berkomitmen untuk mengolah kebun Gemah Ripah ini bersama,” Winaryati menutup pembicaraan.
Reporter: Wulan
Redaktur: Wulan