Home BERITAKABAR KAMPUSBilik Kampus Gender Tidak Menghalangi Perempuan Jadi Diplomat

Gender Tidak Menghalangi Perempuan Jadi Diplomat

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Published on October 24, 2018

Lpmarena.com- Kesempatan perempuan Indonesia menjadi diplomat meningkat. Bulan Juni 2015 prosentase diplomat perempuan 34,5% dan tahun 2018 menjadi 36,1% atau naik 1,6% dalam tiga tahun terakhir. Hal ini disampaikan Duta Besar (Dubes) Safira Machrusah selaku pemateri Seminar Nasional Pembukaan Konsentrasi Pascasarjana Magister Bahasa dan Diplomasi Senin pagi (22/10) yang diselenggarakan di Gedung Convention Hall UIN Sunan Kalijaga.

Menurut Safira, kesempatan menjadi diplomat tidak ditentukan oleh gender, melainkan kemampuan personal. Kendalanya, kerap kali justru karena sebagai seorang diplomat perempuan, mereka merangkap tugas sebagai istri & ibu. Mereka tetap harus membagi peran antara karir & keluarga ketika menjalankan tugas di luar negeri.

Tidak ditempatkannya diplomat perempuan di negara rawan konflik, seperti Afganistan, Iran, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya atau rawan bencana juga tidak disebabkan oleh perbedaan gender. “Mungkin karena rata-rata masa karir diplomat perempuan masih lebih rendah dibandingkan diplomat laki laki,” papar Safira Machrusah yang merupakan seorang Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Demokrat Rakyat Aljazair.

Di tingkat pimpinan, perempuan menduduki Menteri Luar Negeri, 3 jabatan Eselon I, 13 jabatan Eselon II, 11 Dubes, dan 6 Konsul Jenderal atau 34 dan 234 jabatan tinggi (sekitar 14,5%).

Dihadiri oleh para wakil dekan, kepala progam studi dan para dosen pascasarjana, seminar ini menghadirkan tiga narasumber yaitu Dubes Safira Machrusah, Dubes Dr. Eddy Pratomo, M.A, Dubes Drs. Bunyan Saptomo, M.A.

Selain topik gender dan peluang perempuan menjadi diplomat negara, forum ini juga membahas hukum internasional dan praktek-praktek diplomasi yang dibawakan oleh Dubes Dr. Eddy Pratomo dan sejarah panjang dan tugas diplomat oleh Dubes Drs. Bunyan Saptomo, M.A.

Seminar nasional dengan 202 orang peserta ini sekaligus sebagai pembukaan school of diplomacy berdasarkan SK Rektor No. 193 tahun 2018 tanggal 15 Oktober 2018. Prof. Noorhaidi, MA., M.Phil., Ph.D. dalam sambutannya menyampaikan keputusan untuk segera mendirikan konsentrasi Magister Bahasa dan Diplomasi di bawah program studi Interdiciplinary Islamic Studies.

Gagasan ini didasari oleh keinginan memperbanyak alumni UIN Sunan Kalijaga. Khususnya yang bisa berkiprah sebagai diplomat ulung dan duta besar (dubes) Indonesia di berbagai negara. Ia juga menambahkan bahwa tak sedikit diplomat-diplomat ulung dan dubes berasal  dari kalangan santri. “UIN Sunan Kalijaga menjadi salah satu destinasi para santri untuk memperdalam ilmu untuk karir kedepan,” ujarnya.

Salah satu peserta seminar, mahasiswi konsentrasi Kajian Timur Tengah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Desthy Umayah mengataka bahwa peluncuran konsentrasi sendiri adalah ide bagus. “Semoga bisa menjadi bekal dan membuka jalan untuk teman-teman yang bercita-cita menjadi seorang diplomat,” ujarnya kepada ARENA Senin (22/10).

Reporter: Dina (Magang)

Redaktur: Syakirun Ni’am