Lpmarena.com-Pagi itu, Sabtu (20/08), hingga sekitar pukul 10.00 WIB masih terdengar riuh rendah masing-masing fakultas dalam agenda Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Berdasarkan jadwal rangkaian acara di hari ketiga, Mahasiswa Baru (Maba) diarahkan ke fakultas untuk mengikuti pengenalan lingkungan kampus serta penyampaian materi yang telah ditentukan. Namun, acara pagi itu terpaksa usai begitu saja. Pasalnya pihak rektorat turun langsung untuk membubarkan PBAK. Beberapa kegiatan yang telah dijadwalkan terpaksa batal siang itu juga. Melalui perintah dekan-dekan fakultas, rombongan Maba digiring untuk segera meninggalkan kampus.
Pihak panitia pun tak mengira akan adanya pembubaran. Menurut keterangan Abi Dimyati, ketua panitia PBAK, segala printilan acara telah dipersiapkan sejak pagi. Dekorasi panggung, konsumsi, sound system, bahkan bintang tamu dan pemateri yang telah diundang terpaksa dibatalkan. Perintah untuk menyudahi acara orientasi mahasiswa baru itu justru lebih dulu diinstruksikan ke fakultas. Artinya, panitia dari universitas belum mendapat kabar resmi setelah acara dibubarkan.
“Di situ juga panitia kaget, karena sebelumnya belum ada konfirmasi terkait itu. Kita akhirnya juga turun ke fakultas untuk melihat kondisi di sana. Dan ya, rektorat keliling semua fakultas,” kata Abi saat dihubungi ARENA (21/08).
Pembubaran tersebut dinilai sepihak. Hingga saat ini, belum ada keputusan yang jelas terkait kelanjutan pembubaran tersebut. Mengingat masih terdapat kegiatan yang belum terlaksana seperti halnya agenda pengenalan di tiap fakultas, sosialisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), hingga pentas inagurasi.
PBAK menjadi gerbang awal mahasiswa mengenal budaya akademik dan kemahasiswaan dalam segala aspeknya. Intensi awal kegiatan PBAK yang termaktub dalam SK Dirjen Nomor 4962 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahassiwaan pada PTKI, menyebutkan bahwa kegiatan PBAK mestinya berlangsung secara efektif, efisien, dan berhasil guna supaya dapat menjadi pendidikan dan pembelajaran.
Dalam penyelenggaraannya PBAK disokong oleh peserta, panitia dan pemantau. Pemantau sendiri ialah pimpinan kampus, dosen, karyawan, dan pengurus lembaga Organisasi mahasiswa (Ormawa). Dalam SK tersebut, disebutkan bahwa pemantau, dalam hal ini termasuk pimpinan kampus, dilarang melakukan intervensi terhadap kinerja panitia dan peserta. Dengan adanya pembubaran, fungsi orientasi penyadaran mahasiswa sebagai insan akademik tentu gagal.
Peristiwa ini membuat berbagai pihak kecewa, termasuk Maba. Salah satunya Yudha Indrayanto, Maba jurusan Manajemen Pendidikan Islam mengaku menyesalkan terjadinya polemik di awal masa pengenalan dirinya dengan instansi pendidikan yang ia pilih. Kejadian itu membuatnya bertanya-tanya soal kondisi kampus barunya. Ia mengaku kecewa dan seketika skeptis dengan citra baik yang selama ini didengar.
“Jujur aku sebagai Maba melihat fenomena kemarin itu merasa aneh dan bingung, kenapa kita yang masih baru di dunia perkuliahan sudah melihat hal seperti itu, yang sebelumnya belum pernah aku lihat di SMP atau SMA,” tulis Yudha kepada ARENA via pesan WhatsApp (21/08).
Rektor Al Makin saat berkeliling menginstruksikan pembubaran PBAK dan penutupan seluruh gerbang fakultas. (Foto: Dina Tri Wijayanti)
Alasan Pembubaran
Menurut pengakuan beberapa panitia kepada reporter ARENA, informasi bahwa PBAK siang itu bakal bubar belum pasti. Alasan pembubaran pun masih jadi pertanyaan. Seruan aksi demonstrasi menuntut mahalnya UKT yang akan memobilisasi seluruh Maba diduga menjadi penyebabnya. Hingga sekitar pukul sebelas siang, kabar masih simpang siur. Sampai akhirnya tampak Rektor Al Makin dengan mengenakan kemeja biru turun langsung, berkeliling, dibonceng sepeda motor memerintahkan pembubaran PBAK ke masing-masing fakultas. Atas instruksi langsung dari rektor, seluruh pintu gerbang kampus dijaga dan ditutup rapat.
Pintu gerbang ditutup rapat. (Foto: Dina Tri Wijayanti)
Satpam pun segera dikerahkan untuk menutup gerbang dan mengawal pembubaran mahasiswa baru. Menurut Sudiyono, salah satu satpam UIN yang berjaga di depan Gedung Multi Purpose, mereka diperintahkan sekitar pukul 08.00 WIB pagi seusai melakukan apel.
Alasannya serupa, kegiatan PBAK waktu itu disinyalir akan digiring untuk berdemonstrasi menolak UKT tinggi. Perintah tersebut disampaikan langsung dari rektor ke kepala bagian yang diteruskan ke Satgas Kamtib. Sudiyono pun tak berkomentar, menurutnya, ia hanya perlu melaksanakan tugas.
“Ya intinya kami juga menyayangkan hal ini bisa terjadi. Karena tidak ada komunikasi yang sinkron antara panitia universitas maupun pimpinan. Kalau sinkron enak itu, kalau gak sinkron akhirnya seperti itu,” tutur Sudiyono (20/08).
Kabar pembubaran sudah menyeluruh. Sementara para peserta PBAK menyelesaikan kegiatannya hingga waktu zuhur, pihak Sema dan Dema Universitas menggelar audiensi dengan rektorat.
Dalam audiensi tersebut, rektorat menyatakan bahwa alasan pembubaran adalah karena indikasi adanya aksi menolak UKT mahal dan pinjaman Dana Cita. Pemantik awalnya dinilai dari protes penolakan mahalnya UKT yang terjadi pada hari pertama PBAK di Multi Purpose. Spanduk berisi penolakan mahalnya UKT mulai dibentangkan ketika Abdur Rozaki, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan mengisi talkshow.
Pembentangan spanduk protes soal UKT pada hari pertama PBAK (18/08) di Gedung Multi Purpose UIN Sunan Kalijaga. (Foto: Aulia Iqlima V)
“Pembubaran yang tiba-tiba itu memang di luar dugaan kita. Karena memang seharusnya hari ini kursi Maba itu di fakultas, tiba-tiba tadi pagi ada pembubaran tanpa ada komunikasi,” terang Syaidurrahman Alhuzaifi selaku Presiden Mahasiswa UIN Suka saat diwawancarai ARENA selepas audiensi dengan rektorat (20/08).
Meski alasan pembubaran asal mulanya dari protes di hari pertama, hingga hari ketiga pihak panitia PBAK sendiri tak mendapat pemberitahuan di awal.
Malam harinya sempat tersebar poster yang menyeru 4000 Mahasiswa Baru menuntut UKT yang tinggi dengan tajuk ‘Kalijaga Nagih Janji’. Inilah yang diduga juga menjadi dalih rektorat gentar membubarkan PBAK. Melalui potongan video yang tersebar di kalangan warga kampus siang itu, Rektor UIN menyatakan instruksi pembubaran sudah menjadi pertimbangan baik.
“Saya tadi malam ketika dapat poster itu dari UIN Suka Menggugat terus saya kirim pada ketua keamanan dari universitas itu,” lanjut Alhuzaifi.
Ia mengharapkan pengiriman poster itu menjadi informasi yang perlu dicek ulang supaya acara PBAK tidak diintervensi agenda lain. Tapi ternyata, menurutnya, pihak rektorat sekonyong-konyong mengambil kesimpulan bahwa SEMA dan DEMA Universitas memobilisasi mahasiswa baru peserta PBAK untuk turun dalam aksi demonstrasi.
Belum Ada Keputusan Lanjutan
Hingga kini, ketetapan resmi dari rektor masih ditunggu. Menurut Alhuzaifi, masih banyak hal yang digantung dibatalkan begitu saja tanpa kejelasan.
Senada dengan itu, pihak panitia dari mahasiswa masih berkoordinasi dengan panitia dari dosen bahwa PBAK tetap dilaksanakan sesuai jadwal. Abi mengatakan sempat kalang kabut dengan informasi yang ada. Pagi hari, sekitar pukul tujuh, ketika kegiatan tengah berlangsung, mereka mendapat kabar bahwa PBAK dibubarkan melalui perintah masing-masing dekan fakultas.
“Jadi rektorat membubarkan dulu, baru kita mendapatkan kabar. Makanya di situ kami panitia di univ bingungnya di situ,” kisah Abi.
Sampai saat ini Abi mengaku masih menunggu kabar hasil rapat pimpinan rektorat selepas audiensi dan mencoba mengomunikasikan hal tersebut dengan panitia dari dosen. ARENA pun berusaha menghubungi Imam Machali, ketua panitia dari pihak dosen, untuk meminta keterangan terkait hasil rapat mengenai tindak lanjut setelah pembubaran. Namun, ia tak memberikan komentar.
“Bisa ke WR III saja,” tulisnya singkat pada ARENA via WhatsApp (21/08).
Hingga berita ini ditulis, Wakil Rektor III, Abdur Rozaki enggan berkomentar.
“Bingung juga kawan-kawan panitia sudah dengan capek mempersiapkan (PBAK) sebulan setengah, ternyata malah kayak begini,” pungkas Abi.
Reporter Dina Tri Wijayanti | Redaktur Aulia Iqlima V | Fotografer Nabil Ghazy (magang)