Home BERITA Peringatan 17 Tahun PPLP-KP, Kuatkan Solidaritas Lawan Penggusuran

Peringatan 17 Tahun PPLP-KP, Kuatkan Solidaritas Lawan Penggusuran

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com — Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo (PPLP-KP) menggelar peringatan hari lahir ke-17 pada Sabtu dan Minggu (6-7/5) di Gupit, Karangsewu, Galur, Kulon Progo. Melalui peringatan ini, PPLP-KP ingin menegaskan kembali sikap penolakan rencana tambang pasir besi di daerah mereka. Selain itu, acara tersebut juga menjadi ajang solidaritas masyarakat senasib perampasan tanah dari berbagai daerah, seperti Wadas (Purworejo), Dago Elos (Bandung), Tumpang Pitu (Banyuwangi), Pakel (Banyuwangi), dsb.

“Peringatan hari lahir ini, kami persembahkan bagi setiap petani dan rakyat di mana pun yang sedang berjuang mempertahankan ruang penghidupannya.” teriak Didi, warga PPLP-KP, sewaktu membacakan pers rilis.

Menurut Wahib, salah seorang warga Wadas yang ikut menghadiri acara tersebut, peringatan hari lahir PPLP-KP ini bisa menjadi suntikan semangat bagi warga Wadas yang tengah menolak pertambangan batuan andesit. Berangkat dari kesamaan nasib dengan warga PPLP-KP, ia menjadi optimis bahwa perjuangan warga Wadas tidak akan sia-sia dan tidak sendirian.

“Kita juga tadi minta doa dan minta dukungan semoga tetep kuat dan tetep solid ke depannya,” tuturnya

Sewaktu ditemui di tenda samping panggung, ia mengaku terinspirasi dari perjuangan yang dilakukan oleh warga di sini. Ditambah lagi, saat ini warga Wadas tengah dibayang-bayangi isu soal konsinyasi dan pendesakan agar warga segera menyerahkan tanahnya.

“Komitmen kita tetep tidak mau menjual tanah kita yang seperti kawan-kawan PPLP sampaikan,” terangnya.

Solidaritas lain datang dari Dago Elos, Bandung yang tengah berjuang melawan penggusuran melawan keluarga Muller dan PT. Dago Inti Graha. Sejak Jumat pagi rombongan itu sudah berada di tempat acara. Rio, salah satu pemuda yang ikut rombongan tersebut menceritakan awal bermulanya permasalahan di Dago Elos.

Pada 2020 yang lalu Dago Elos memenangkan gugatan perdata di tingkat kasasi. Namun, kemenangan tersebut tak berselang lama, di tahun 2022 Mahkamah Agung (MA) mengabulkan Peninjauan kembali oleh pihak penggugat. Meski ia agaknya pesimis terhadap peradilan yang sulit dimenangkan, bukan berarti Dago Elos akan menyerah. Menurut Rio, ia terinspirasi dari konsistensi warga PPLP-KP selama 17 tahun ini yang meskipun juga dikalahkan secara hukum, tetapi tetap bertahan di lahan.

“Makanya itulah kalo ngomongin salah satu pembelajaran dari PPLP atau petani di sini gitu, ya, bertahan di lahannya.” terang Rio saat diwawancarai ARENA.

Solidaritas juga datang dari salah satu korban penggusuran di Parangkusumo dan Parangtritis, Kawit. Hingga saat ini, meski sudah berpindah kediaman di tanah kelahirannya, Sewon, Bantul, ia masih semangat dalam penolakan penggusuran yang terjadi, khususnya di Yogyakarta.

Dia berprinsip untuk menolak penuh penggusuran yang terjadi, bahkan sewaktu dirinya sendiri tergusur ia tidak mau menerima ganti rugi dan ongkos bongkar. Karena baginya, jika ia mau mengambil uang tersebut, maka secara tidak langsung dirinya sudah menyetujui penggusuran yang terjadi.

Menurut Kawit, meski demikian, ia tetap bersemangat untuk bersolidaritas dengan masyarakat-masyarakat senasib. Kehadirannya di acara tersebut juga untuk membagikan semangatnya kepada warga PPLP-KP.

“Saya solidaritas ke temen-temen itu kan berarti saya masih punya semangat untuk melawan, melawan ketidakadilan,” tegas perempuan paruh baya itu.

  Reporter Selo Rasyd Suyudi | Redaktur Aji Bintang Nusantara