Home BERITA ULANG TAHUN KE-10, UKM KALIMASADA HIDUPKAN RUANG KESENIAN DI UIN SUKA DENGAN PAGELARAN WAYANG

ULANG TAHUN KE-10, UKM KALIMASADA HIDUPKAN RUANG KESENIAN DI UIN SUKA DENGAN PAGELARAN WAYANG

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kalimasada menggelar pementasan wayang bertemakan “Kartala Abhinaya Labdagati” pada Sabtu (16/09) di depan Gedung Kuliah Terpadu UIN Sunan Kalijaga. Pementasan ini digelar dalam rangka memperingati 10 tahun berdirinya UKM Kalimasada. Tema yang diangkat kali ini merepresentasikan semangat kebangkitan Kalimasada untuk menjaga nilai-nilai budaya Jawa.

Lukman Muhammad selaku Ketua Panitia menuturkan ruang untuk pertunjukkan seni masih sedikit. Di kampus misalnya, pagelaran budaya seperti wayang masih sangat jarang dilakukan. Kalimasada hanya pernah menggelar pementasaan saat Dies Natalis 2022 lalu, tapi sayangnya tidak ada penonton saat itu.

Penuturan Lukman selaras dengan yang dikatakan Abdul Rahim, mantan aktivis seni UIN bahwasanya ruang kesenian di kampus mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari batasan jam untuk latihan UKM. Apalagi dengan hadirnya pandemi, banyak ruang kampus yang tidak bisa diakses oleh anggota UKM, pun jika bisa, hanya diberikan waktu yang terbatas untuk pemakaiannya.

Sama halnya dengan pementasan kali ini yang selesai sebelum tengah malam. Kesempatan untuk menampilkan pementasan kurang maksimal. Seperti cerita Babat Alas Mretani yang kali ini dihadirkan, harus dipadatkan menjadi satu jam yang biasanya pewayangan bisa digelar semalam suntuk. Padahal, menurut Lukman, ruang dan kesempatan untuk pagelaran seni budaya sangat penting untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang semakin tergerus perkembangan zaman.

“Pentas Ambal Warsa ini baru kali pertama diadakan. Tujuannya mempertahankan dan mencegah hilangnya nilai-nilai budaya di tengah perkembangan zaman dan mungkin anak-anak sekarang melupakan seni-seni tradisional karena medsos,” jelas Lukman saat diwawancarai ARENA.

Tema “Kartala Abhinaya Labdagati” mempunyai arti rasa kekeluargaan yang menjadi sinar penerang dalam mencapai tujuan. Sajian utama dalam pementasan ini adalah Lakon Wayang Babat Alas Mretani. Babat alas yang dimaksud dalam cerita adalah membuka hutan yang berisikan jin dan binatang buas agar nantinya dapat ditinggali. Lakon wayang dalam cerita ini adalah Wijasena dan Pandhawa yang ingin menagih janji negeri Astina.

Rifki Ardimas, dalang dalam pagelaran wayang menjelaskan, cerita babat alas dipilih sebagai penanda permulaan Kalimasada dengan semangat yang baru. 

“Sudah dua tahun ini terkena pandemi, kita mau babati semua. Mau dibuka lagi, menjalankan kegiatan bersama teman-teman di UKM Kalimasada, membangkitkan semangat lagi dari yang loyo dan mempersatukan lagi dari perpecahan,” jelas Rifki.

Selain pagelaran wayang, pementasan kali ini juga menghadirkan tari Golek Kenya Tinambe. Lalu dilanjutkan dengan karawitan Kumandang, Sri Rejeki dan Ketawang Mijil.

Reporter Syamsukrandi | Redaktur Maria Al-Zahra | Foto Tim Dokumentasi UKM Kalimasada