Home BERITA SANGGAR NUUN MERESPONS KRISIS IKLIM DENGAN PAMERAN SENI RUPA

SANGGAR NUUN MERESPONS KRISIS IKLIM DENGAN PAMERAN SENI RUPA

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com–Merespons krisis iklim yang terjadi, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sanggar Nuun menggelar pameran seni bertajuk “Ecoinox Art Exhibition” selama tiga hari dari Senin (13/11) sampai Rabu (16/11) di area parkir Gedung Kuliah Terpadu UIN Sunan Kalijaga. 

Membawa isu iklim, Muhammad Rafli, ketua pelaksana acara, mengatakan krisis yang berlangsung merupakan akibat dari masyarakat yang mengalami dekadensi moral. Salah satu bentuk yang kentara dari hal tersebut adalah cara pandang yang menjadikan alam sebagai objek, sehingga perilaku terhadap alam bukan lagi pemanfaatan tapi pengerukan yang eksploitatif. 

“Bagaimana krisis moralnya? Krisis moralnya kita angkat dari banyak manusia yang menjadikan alam itu sebagai objek sehingga mereka dengan secara sadar dan membabi buta mengeksploitasi alam secara ganas tanpa ada rasa bersalah,” ujarnya.

Padahal kebudayaan Indonesia memiliki ciri yang berbentuk simbol-simbol kedekatan terhadap alam. Rafli memberikan contoh seorang ulama dan sastrawan, Hamzah Fansuri yang menggunakan metafora alam dalam salah satu puisinya yang berjudul “Perahu”, menurutnya hal itu menunjukan kedekatan kita dengan alam.

“Itu menunjukan kedekatan kita dengan alam itu sebenarnya dalam suatu sisi mengandung arti kita menjadikan alam itu sebagai subjek yang merdeka, sehingga potensi kita untuk mengeksploitasinya secara membabi buta itu bisa di minimalisir,” imbuhnya.

Ecoinox merupakan sebuah akronim dari ecology yang merupakan interaksi makhluk dengan lingkungan sekitarnya dan equinox sebagai fenomena yang menghasilkan jumlah siang dan malam yang sama di bumi. Dengan menggabungkan keduanya, Sanggar Nuun berupaya membangkitkan kesadaran individu terhadap lingkungan sekitarnya. 

Alam, seniman pameran, berpendapat tema mengenai kesadaran lingkungan penting untuk diangkat. Sebab, ia melihat bahwa kesadaran untuk menjaga sekitar sangatlah minim. Apalagi, pada riset yang dilakukan Anthony Leiserowitz, dkk, dalam International Public Opinion on Climate Change, kesadaran masyarakat Indonesia masihlah rendah, bahkan masih menyangkal jika krisis lingkungan disebabkan ulah manusia. 

“…ada peribahasa siapa yang menanam siapa yang memanen itu dirasa kurang, terutama di masyarakat kota seperti ini sangat sulit hal seperti itu. Bahkan sekarang bukan hanya di kota di kampung tempat saya juga mereka membakar sampah setiap sore mengakibatkan bau dan polusi,” tuturnya. 

Ia juga mengatakan karena pameran ini digelar di kampus, secara tidak langsung mengetuk kesadaran mahasiswa, mengingat mahasiswa itu sendiri memiliki sejarah panjang menjadi pelopor perubahan. 

“Dari dulu itu mahasiswa dikenal dengan pelopor ataupun terdepan dalam generasi bangsa. Jadi harus mulai sadar terhadap lingkungan. Ya dimulai dari yang sederhana-sederhana saja, buang sampah rokoklah, jangan membuang bekasnya sembarangan.

Selain pameran lukisan, selama tiga hari UKM Sanggar Nuun menghadirkan kegiatan melukis bersama, diskusi mengenai ekologi, dan pertunjukan musik.

Catatan Redaksi: Berita ini dikoreksi pada 16 November 2023 pukul 20.34 WIB. Sebelumnya Alam diperkenalkan sebagai kurator, seharusnya seniman.

Reporter Ridwan Maulana (Magang) | Redaktur Selo Rasyd Suyudi | Fotografer Tim Dokumentasi Sanggar Nuun