Home BERITA AKSI POWER UP: MUSIK SEBAGAI ALTERNATIF GERAKAN

AKSI POWER UP: MUSIK SEBAGAI ALTERNATIF GERAKAN

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.comBer-aksi dengan bernyanyi dilakukan oleh band dari Dendang Kampungan di Panggung Bebas Seni Instalasi Orasi Gigs, di 0 KM Jogja, Rabu (08/11). Panggung Bebas tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Aksi Power Up, sebuah gerakan bersama komunitas-komunitas lingkungan di Jogja yang mendorong pemerintah untuk segera melakukan transisi penggunaan batu bara ke energi terbarukan.

Fitri, vokalis band, menyanyikan lagu-lagu yang berisi kritikan terhadap situasi sosial-politik di Indonesia, meliputi isu lingkungan, kesetaraan, dan antikekerasan. Menurut Fitri, musik merupakan cara mandiri untuk menyuarakan isu-isu. “Kami ingin menyuarakan suara kami dengan cara kami sendiri, yaitu dengan musik, lewat lirik-lirik yang kami ciptakan sendiri,” papar Fitri.

Aksi seni musik, lukis, dan mural merupakan alternatif gerakan untuk menyuarakan pendapat, selain spanduk. Ada banyak seniman yang turut aksi Power Up di beberapa kota, di antaranya Jakarta, Surabaya, Medan, dan Jogja salah satunya.

Ada lima lagu yang dibawakan Band dari Dendang Kampungan. Lagu pertama berjudul “Pembohong”. Fitri menjelaskan lagu tersebut berisi realitas demokrasi di Indonesia yang tidak sesuai prinsip. Menurutnya, dalam negara demokrasi, setiap aspirasi, usulan, dan tuntutan dari rakyat seharusnya dihormati. Namun, kenyataannya ketika rakyat mengkritisi pemerintah dan berdemonstrasi, pemerintah malah menangkap dan mengintimidasi rakyat. Begitupun lagu keempat.

“Lagu ini mempertanyakan kembali, mana negara katanya demokrasi? Negara menyampaikan itu hanya bohong belaka. Maka dari itu, judulnya ‘Pembohong’,” terang Fitri ketika diwawancarai ARENA.

Total ada lima lagu yang dibawakan oleh Band dari Dendang Kampungan. Lagu kedua berjudul “Masih Kerja”, mengisahkan kondisi buruh di Indonesia yang masih belum mendapatkan hak-haknya, seperti upah layak dan cuti melahirkan. Sedangkan lagu ketiga mengkritik hukum di Indonesia, khususnya konflik perusahaan dengan warga, yang cenderung mengkambinghitamkan warga, alih-alih penguasa atau pengusaha.

Fitri juga menyanyikan lagu berjudul “Merebut Tanah Kita”. Lagu itu, kata Fitri, berisi harapan agar tanah-tanah warga yang dirampas oleh penindas, dapat kembali menjadi hak warga lagi, sehingga kerusakan lingkungan tidak terjadi. Fitri berharap, lagu-lagunya bisa didengar dan turut membangun solidaritas banyak orang untuk berpartisipasi dalam aksi.

“Kami berharap banyak orang yang mendengarkan dan bisa mengetahui acara ini dan mulai memahami situasi terkini di Indonesia,” terang Fitri.

Reporter Nona Ni`mawaty (Magang) | Redaktur: Musyarrafah