Home BERITA Meminimalisir Kasus Bunuh Diri Dengan Kejujuran Melalui Art Therapy

Meminimalisir Kasus Bunuh Diri Dengan Kejujuran Melalui Art Therapy

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com – Feminist Festival tahun ini digelar di Jogja National Museum pada Sabtu-Minggu (9-10/12) yang berkolaborasi dengan berbagai komunitas berbasis isu gender di Yogyakarta, salah satunya Rifka Annisa-Women’s Crisis Center. Annette Isabella selaku fasilitator menyayangkan maraknya kasus bunuh diri yang terjadi belakangan ini.

Annette memaparkan fenomena bunuh diri cukup menyedihkan, terlepas dialami oleh laki-laki atau perempuan, karena orang yang bunuh diri sebenarnya tidak benar-benar berniat untuk mati. Mereka hanya sudah tidak memiliki harapan dan makna untuk hidup.

“Orang yang bunuh diri itu tidak benar-benar ingin mati. Jadi mereka hanya ingin mengakhiri rasa sakitnya saja,” jelas Annette pada ARENA, perempuan yang tergabung dalam komunitas Psychologist For Everyone.

Annette menuturkan, dengan art therapy dapat mencegah terjadinya bunuh diri yang dikarenakan depresi. Depresi berawal dari emosi yang dipendam, maka melalui art therapy segala emosi seperti sedih, senang, marah, atau benci dapat diekspresikan. Caranya melalui media yang disediakan seperti kanvas, tanah, alat musik dan lainnya.

“Emosinya tetap terekspresikan walaupun dia nggak ngomong. Jadi ini salah satu jenis terapi yang membantu apalagi untuk remaja-remaja. Remaja kan sulit untuk ngomong dan sulit untuk jujur,” papar Annette.

Tantangan terbesar dari art therapy,  lanjut Annette, adalah jujur pada diri sendiri. Membiarkan diri bebas tanpa perlu takut pada pandangan orang lain. Biasanya pada art therapy banyak yang merasa insecure karena tidak bisa menggambar, tidak bisa membuat garis lurus dan lainnya. Padahal art therapy bukanlah ajang perlombaan.

“Tantangan terbesarnya adalah meruntuhkan judgement sendiri. Kejujuran dan kesediaan diri temen-temen untuk membebaskan diri,” kata Annette.

Nur Khofifah, selaku koordinator kegiatan Feminist Festival, berpandangan bahwa isu kesehatan mental itu penting. Seseorang dapat berkemungkinan bunuh diri jika tidak memiliki ruang aman dan nyaman untuk mengekspresikan emosinya. Bisa dikarenakan perenggutan hak-hak, krisis iklim yang berdampak pada kesehatan mental dan konstruksi sosial yang ada di masyarakat.

“Sekarang kita consent bagaimana kemudian isu kesehatan mental ini jadi perhatian juga, karena itu membuat diri seorang perempuan sendiri terganggu. Kebanyakan terjadinya di ruang privat karena memang itu lingkungan rentan gitu. Jadi memang situasi itu sangat tumpeng tindih,” tutur Khofi saat diwawancarai ARENA

Art therapy bukan satu-satunya sarana untuk meminimalisir depresi. Annette menerangkan ada banyak metode yang dapat digunakan untuk terapi psikologi, tergantung pada kecocokan setiap orangnya. Di Indonesia art therapy ini sudah mulai cukup dikenal oleh masyarakat, tetapi masih dalam perkembangan.

“Jadi psikotherapi ada banyak jenisnya. Ada art therapy, cognitive behavioral therapy atau supportive therapy. Jadi bukan melihat gangguan mentalnya tapi bagaimana karakteristik individu ini dia cocok dikasih terapi apa,” pungkas Annette.

Reporter Tri Amalia (Magang) | Redaktur Maria Al-Zahra