Lpmarena.com–Nandur Srawung XI menggelar pameran bertajuk “WASIAT: Legacy” di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran ini digelar sebagai bentuk perayaan atas warisan seni rupa terdahulu yang menginspirasi dan mempengaruhi seniman masa kini dari berbagai aspek, seperti sosial, budaya, dan artistik.
Sujud Dartanto, Kurator Nandur Srawung XI menyatakan bahwa mengeksplorasi warisan seni dapat dilakukan secara inovatif dan personal dari setiap individu maestro terdahulu. Hal tersebut bukan hanya untuk menginspirasi, tetapi juga mengajak seniman muda agar lebih memahami tafsir dari warisan seni.
Dengan digelarnya pameran ini diharapkan para seniman modern dan kontemporer tidak hilang pertaliannya dengan sejarah seni. Menurut Sujud pencapaian hari ini tidak lepas dari apa yang sudah dicapai oleh para maestro seni terdahulu.
”Kami menganggap sejarah itu sangat penting seperti yang sering dikatakan” jelas Sujud. “Jangan Pernah Melupakan Sejarah (JASMERAH) itu berlaku juga di seni rupa,” lanjutnya dalam konferensi pers di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (15/8).
Pameran akan digelar hingga tanggal 28 Agustus dengan melibatkan 75 seniman. Untuk merepresentasikan tema yang diusung, Nandur Srawung membagi ruang pameran menjadi beberapa klaster berdasarkan periode dan perkembangannya di Indonesia. Periode tersebut dimulai dari tahun 1945-2015.
Sujud menjelaskan mengenai sub tema “Bangsa merdeka dan Rayuan Pulau Kelapa 1945-1955”. Ia mengatakan bahwa pada periode kemerdekaan dan lima tahun setelahnya, Indonesia melahirkan seniman besar seperti Affandi yang menjadi perintis seni rupa. Hal ini didedikasikan untuk merayakan serta mengenang karya-karyanya.
“Terdapat beberapa karya yang dipajang dengan tema seperti kritik sosial dan juga berkenaan dengan kehidupan sehari-hari, itu kritis banget, seperti yang akan kita lihat nanti,” ungkapnya.
Dalam rangkaian acara Nandur Srawung tahun ini, Nandur Srawung XI memiliki beberapa program. Irene Agrivina, Kurator Nandur Srawung menyatakan bahwa terdapat beberapa program unggulan seperti; Srawung Gawe dan Srawung Sinau. Srawung Gawe merupakan program mengolah ide dan konsep bersama para seniman regional Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan Srawung Sinau adalah program edukasi mengenai seni rupa berupa kelas-kelas umum bersama para seniman.
“Sifatnya kelas terbuka yang bisa diikuti oleh siapa saja. Nanti kita akan melihat sejarah seni rupa di Indonesia” pungkas Irene.
Pembukaan pameran juga diisi dengan penyerahan penghargaan, diantaranya Lifetime Achievement Award kepada figur yang telah berjasa dan berkontribusi besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia serta Young Rising Artist Award kepada seniman muda berumur 18-35 tahun yang telah berpartisipasi pada pameran Nandur Srawung XI.
Reporter Ridwan Maulana | Redaktur Niswatin Hilma