Lpmarena.com– Dolorosa Sinaga dan Budi Santoso, dua pematung terkemuka di Indonesia adakan pameran dan diskusi bertajuk ‘Patung dan Aktivisme’ yang diselenggarakan pada Rabu (30/10) di Jogja National Museum. Diskusi ini membahas gerakan seni dan budaya Indonesia sebagai gerakan, khususnya yang terjadi sekitar tahun 1965.
Wildan Sena Utama, Dosen Departemen Sejarah UGM, menyayangkan kegiatan seni dan budaya tahun 1950-1960an banyak yang dibungkam karena situasi politik. Contohnya adalah Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang ‘dihitamkan’ dari sejarah karena berkoneksi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Mereka berdua punya komitmen yang kuat terhadap perjuangan rakyat dan juga bagaimana mengintegrasikan perjuangan rakyat dalam laut ketertindasan. Juga pembebasan kolonialisme kedalam kebudayaan,” jelas Wildan.
Ia juga menuturkan, keikutsertaan sastrawan dan seniman Lekra di Konferensi Asia Afrika menunjukkan anti-imperialisme dan anti-kolonialisme. Hal ini jugalah yang membuktikan kekuatan pergerakan seni dan budaya dalam mempertahankan suatu bangsa.
Perjuangan para seniman Lekra, lanjut Wildan, yang berkeliling berkeliling melintasi batas batas negara di selatan di Asia sampai Afrika, untuk traveling culture aktivis. Tak heran jika nuansa sastra seniman Lekra memadukan realisme sosialis atau revolusioner dan solidaritas transnasional.
“Karena dalam situasi nasional juga komitmen seni dan budaya Lekra itu juga sejalan dengan manifesto dari konferensi pengarang Asia-Afrika, bagaimana seni dan kebudayaan harus merefleksikan atau merepresentasikan perjuangan rakyat,” lanjut Wildan.
Di sisi lain, Brigitta Isabella, Dosen Seni Rupa ISI Yogyakarta, turut menjelaskan pada awal pasca kemerdekaan Lekra membangun gerakan seni dan budaya yang berperinsip untuk rakyat. Gerakan ini bukan seni untuk seni, tapi seni untuk rakyat. Contohnya seperti puisi anti-kolonialisme Lekra pada tahun 1950an selaras dengan gerakan anti-kolonial Asia-Afrika.
“Pada masa itu ada banyak pertukaran kebudayaan yang membangun bukan saja gerakan budaya yang berakar lokal, tetapi juga berjejaring global untuk melawan penjajahan,” ujar Brigitta.
Peran seni dan kebudayaan, menurut Brigitta, dalam pergerakan yang ada di Indonesia merupakan bagian penting dalam penciptaan imajinasi kolektif tentang Indonesia. Karena sejak awal kemerdekaan gerakan kebudayaan memihak pada rakyat.
Reporter Hadziq Hibiran (magang) | Redaktur Maria Al-Zahra | Foto Instagram @Jogjanationalmuseum