Home BERITA Pentas Metaevolusi Suguhkan Perjalanan Panjang Spiritual Manusia

Pentas Metaevolusi Suguhkan Perjalanan Panjang Spiritual Manusia

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Pentas Metaevolusi tak hanya menyuguhkan pertunjukan seni belaka, ada intisari ayat ilahi dalam perjalanan spiritual panjang manusia yang dibawakan dalam balutan simbol bebas tafsir.

Lpmarena.comTeater Eska menggelar Pentas Produksi XXXV dengan tajuk Metaevolusi di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (24/9). Kaji Habib, sutradara sekaligus penulis naskah menggubah kisah pengembaraan manusia untuk mencapai kesadaran spiritual. Kisah ini terinspirasi dari ayat-ayat Al-Quran yang relevan dengan keadaan kini.

“Saya yakini ayat-ayat Al-Quran itu aktual dan relevan, itu prinsip. Tinggal bagaimana kita tafsirkan dan ambil inspirasi untuk kita ekspresikan, dalam hal ini pentas seni,” papar Kaji saat diwawancarai ARENA selepas pentas.

Ia terinspirasi dari inti Q.S. Al-Hajj ayat 46 yang menyinggung jati diri manusia dalam beragam simbol yang biasa ditemui dalam hidup manusia. Symbol ini kemudian bebas ditafsirkan sedemikian rupa oleh penonton.

“Simbol yang kita pakai dekat dengan masyarakat, sehingga masyarakat bisa menangkap, meskipun mereka mungkin punya penafsiran yang berbeda-beda” jelas Kaji.

Metaevolusi mengisahkan pencarian kesadaran spiritual empat manusia secara sureal. Empat manusia masing-masing mewakili empat tingkatan hawa nafsu. Dari terendah ke teratas: nafsu amarah, nafsu lawwamah, nafsu mulhamah, dan nafsu muthmainnah.

Mereka menjalani perjalanan panjang yang terbagi dalam tujuh maqom yang menandakan tingkat kesulitan dan peningkatan nilai manusia dalam perjalanan panjangnya. Maqom paling rendah adalah ketika manusia hanya melihat sebuah perkara menggunakan akal. Kemudian, kata Kaji, ini harus ditingkatkan ke tahap tertinggi, yakni ketika manusia bisa melihat menggunakan hati.

Selain empat manusia, dalam babak terpisah juga ada monolog kepompong yang mewakili ketidaknyamanan manusia dalam menjalani pencarian. Sepanjang pentas, kepompong digambarkan ingin keluar dari wadahnya yang membelenggu. Padahal, wadah itu menjadi pelindung dari pengaruh dunia luar.

“Untuk menumbuhkan kesadaran seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh iming-iming, godaan dan manipulasi hasrat yang diproduksi oleh zaman kapitalisme,” ungkap Muhim Rifqiy Aziz, salah satu pemeran.

Muhim juga mengungkapkan bahwa kadang dalam pencarian kesadaran spiritual, manusia menemui paradoks. Manusia berusaha untuk bebas dari belenggu yang menjerat meski pada akhirnya kebebasan itu mengikat. Usaha untuk bebas menjadi sia-sia, karena pada dasarnya manusia sudah bebas.

Bagus Wirahadi Kusuma selaku pimpinan produksi mengungkapkan bahwa Metaevolusi disiapkan dengan proses panjang. Penggarapan naskah dan banyak diskusi dikerjakan selama setahun. Setelah banyak diskusi dan menemukan inti dari pementasan, barulah persiapan artistik, visual, musik dan yang lainya digarap. Dalam kurun waktu tersebut, digelar juga Pentas Tadarus Puisi Qaf sebagai pengantar.

Persiapan panjang juga memunculkan tantangan dalam prosesnya. Bagus mengakui dalam proses kreatif sulit menggabungkan idealisme dengan model bisnis pementasan. Namun pada akhirnya tantangan itu terlewati dan pementasan sukses digelar enam kali di Tanggamus, Bandar Lampung dan terakhir di Jogja.

Reporter Fatan Assidqie | Redaktur Dina Tri Wijayanti | Fotografer Lian Fikar