Home BERITA Gelar Pertunjukan Tanwin, Sanggar Nuun Hadirkan “Titik Temu”

Gelar Pertunjukan Tanwin, Sanggar Nuun Hadirkan “Titik Temu”

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com – Pada Minggu (24/3) setelah pelaksanaan sholat tarawih, Sanggar Nuun menggelar pentas musik dramatik Tanwin yang bertempat di halaman Laboratorium Agama UIN Suka. Pentas kali ini mengambil tema “Titik Temu”, terinspirasi dari naskah “Dari Pintu ke Pintu” karya MZ Fanani.

Geri Septian, sebagai penulis naskah menjelaskan pengambilan tema “Titik Temu” ingin merefleksikan kembali makna titik temu. Selama ini titik temu dianggap hanya sekadar berkumpul kembali atau untuk menyelesaikan masalah saja. Padahal, menurutnya, prasangka-prasangka atau konflik-konflik juga membawa pertemuan, sehingga terjadilah titik temu. 

“Dalam sebuah organisasi itu konflik adalah sebuah keniscayaan, kan?”  ujarnya pada ARENA (24/3).

Karenanya, meskipun pementasan Tanwin mungkin ditonton orang sebagai hiburan, Geri berharap Tanwin dapat menjadi perantara penonton bisa berdamai dengan konflik, bagaimanapun bentuknya itu

Dalam pertunjukan musik dramatik ini, Sanggar Nuun juga membawakan lagu-lagu yang menyimbolkan peristiwa titik temu tersebut, seperti lagu “Dia”, “Jalan Pulang”, “Mengejar Kejora” dan “Senja Mula”. Menurut Geri, lagu-lagu yang dibawa merupakan lagu-lagu lama Sanggar Nuun yang diangkat kembali sebab dapat menghidupkan harmoni dengan tema pementasan “Titik Temu”. 

Sementara itu, Alya Nabila, pimpinan produksi, mengatakan lagu-lagu yang digunakan saat pementasan keseluruhannya merupakan puisi-puisi yang kemudian dibuat komposisi musiknya, sehingga menjadi lagu-lagu yang digunakan untuk pementasan karya Sanggar Nuun. 

Lebih lanjut, Alya menjelaskan bahwa pengambilan tema pementasan kali ini berangkat dari keresahan-keresahan yang dialami anggota Sanggar Nuun. Permasalahan yang membuat berpisah, sebab orang-orang sering datang kemudian pergi dan tidak selalu menetap. 

“Jadi, kita pinginnya, dengan ada Tanwin dan “Titik Temu” ini bisa mengembalikan teman-teman kita lagi gitu lo, yang tadinya datang seenaknya, pulang seenaknya, jadi biar bisa ditemukan lagi di “Titik Temu” ini,” kata Alya saat diwawancarai ARENA (24/3)

Saat ditanyai ARENA tentang penggunaan nama pada pementasan Sanggar Nuun ini, Alya menjelaskan bahwa penggunaan nama Tanwin sendiri merupakan representasi dari keheningan yang dialami oleh Sanggar Nuun pasca Covid-19. Dan pementasan ini merupakan pentas keenam dari Tanwin.

“Tanwin kan artinya mati kan ya, hening gitu. Makanya dinamain Tanwin karena kita pernah berada di titik hening. Berangkat dari keheningan terus kita memulai lah sebuah karya gitu,” jelas Alya.

Ia juga menjelaskan bahwa pementasan Tanwin yang diadakan pada bulan Ramadan adalah bentuk ibadah Sanggar Nuun. Pementasan Tanwin bertujuan untuk menampilkan karya seni pada orang-orang yang menunaikan ibadah. Karenanya Tanwin diadakan di tempat-tempat islami. Di pementasan kali ini, selain tampil di Laboratorium Agama UIN Suka, Tanwin juga pentas di Pondok Pesantren Budaya Kaliopak pada esoknya (25/03).

Reporter Wilda Khairunnisa | Redaktur Mas Ahmad Zamzama N. | Foto Tim Dokumentasi Tanwin Sanggar Nuun