Lpmarena.com–Sosialisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menjadi salah satu pintu pertama mahasiswa baru mengarahkan minat dan bakat mereka. Namun, momentum itu tak lantas jadi prioritas, termasuk dalam Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) kemarin. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ruang eksistensi UKM dibatasi. Panitia menyudahi acara di Gedung Prof. Amin Abdullah itu meski masih ada UKM yang belum presentasi.
Naufal Syafiq Al Anshori, ketua dalam Forum Komunikasi (Forkom) UKM, pun mempertanyakan kembali koordinasi panitia PBAK dengan UKM. Rancunya informasi terkait tempat, sedikitnya waktu yang diberikan untuk UKM sosialisasi, serta kabar pergantian tempat yang mendadak, berimbas pada tidak maksimalnya acara pengenalan UKM.
Lebih lanjut, Forkom meminta keputusan dari panitia agar UKM yang tidak sempat sosialisasi diberi kejelasan. Panitia pun menjanjikan sosialisasi bagi UKM yang belum mendapat kesempatan sosialisasi, akan diberi ruang pada hari ketiga PBAK di rentang pukul 14.30 sampai 15.00 WIB. Jika pun tak mencukupi, panitia berencana untuk mengalokasikannya pada malam puncak di inagurasi.
Tetapi akhirnya PBAK hari ketiga dibubarkan lebih awal pada Sabtu siang (20/08). Tak sedikit UKM yang kecewa untuk kedua kalinya.
Salah satunya UKM Al-Mizan yang telah mempersiapkan penampilan. Mereka telah mengatur pembawaan alat pentas yang diperlukan. Sholahudin Muna, salah satu pengurus, menyesalkan keputusan panitia yang tidak jelas.
“Dari kemarin keputusan panitia PBAK gak jelas. Mulai dari yang kemarin (red: sosialisasi), lalu inagurasi, al-Mizan cuman nampilin kaligrafi, terus akhirnya diubah lagi suruh tampil tiap UKM sendiri,” keluh Munasaat ditemui ARENA di Student Center lantai 2.
Lebih-lebih, sejak awal ia dan kawan-kawan mengharap inagurasi menjadi momen bagi anggota baru UKM tersebut untuk unjuk gigi pertama kalinya. Mereka latihan dalam waktu singkat demi bisa mendemontrasikan keterampilan masing-masing divisi.
“Itu udah dua hari latihan, sampai tidur di basecamp, cuman malah gak jadi. Parah,” kata Muna kemudian.
Senada dengan itu, Fitanta Galang Gema Robbani, salah satu anggota UKM Jama’ah Cinema Mahasiswa (JCM) memaparkan rentetan masalah pengenalan UKM di PBAK 2022. Pertama, masalah lambatnya panitia menginformasikan tempat. Awalnya sosialisasi akan dilakukan di Gedung Multipurpose, tapi sehari sebelum acara dimulai mendadak beralih ke masjid.
Terkait pergantian tempat ke Masjid, menurutnya didasari kuota masjid yang bisa lebih banyak menampung Maba dibandingkan MP yang tertutup. Namun saat hari pertama berlangsung, sebelum seremoni pembukaan PBAK, pertimbangan itu berubah.
“Kasian juga ketika siang di selasar masjid kan pasti panas gitu. Makanya kawan-kawan panitia memindahkan sosialisasi UKM ke MP demi kemaslahatan bersama,” jelas Abi.
Galang mengkritisi susunan acara tersebut, mulai dari administrasi, koordinasi hingga masalah teknis.
“Sewaktu kami para UKM sampai tepat waktu sesuai dengan yang ada di rundown, gak ada satu pun panitia acara yang datang menjelaskan teknisnya.”
“JCM tidak dikabari baik melalui chat atau ketemu langsung terkait tempat sosialisasi oleh panitia dari semenjak surat edaran diberikan sampai info pemindahan tempat pertama kali,” tambahnya.
Tidak Maksimalnya Sosialisasi UKM di PBAK
Usai penutupan kegiatan, nampak beberapa perwakilan UKM memprotes para panitia yang dinilai tidak profesional dalam menjalankan acara. Pasalnya sebagian UKM belum mendapat waktu perkenalan, sementara para Maba sudah diarahkan untuk meninggalkan gedung pada pukul 16.30. Padahal, acara molor 45 menit.
Forkom kemudian melakukan rapat bersama di Gedung Student Center. Rapat tersebut dihadiri pula oleh Imam Machali, ketua panitia dari dosen dan Alhuzaifi, presiden mahasiwa UIN.
“Untuk sosialisasi UKM itu pada jam 14.00. Sementara ketika pelaksanaan acara, sosialisasi UKM mulai pada jam 15.45 WIB dan kemudian pada jam 16.30 WIB para peserta sudah diarahkan untuk keluar dari MP.”
Pembubaran tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang diatur pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4962 Tahun 2016 Tentang Pedoman Umum Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Isi surat tersebut pada bagian H perihal kewajiban, hak dan sanksi, tertulis tentang larangan Pemantau untuk melakukan intervensi terhadap kinerja panitia dan peserta, dengan menghalangi agenda materi pengenalan lembaga kemahasiswaan, yang di dalamnya salah satunya adalah pengenalan UKM.
Imam Machali, menuturkan bahwa kekurangan acara tersebut merupakan tugas bersama untuk membenahinya. Pergantian panitia PBAK yang selalu berganti tiap tahunnya, tentu tidak mudah untuk memberikan regenerasi pengalaman kepada panitia baru dari para seniornya.
Abi mewakili panitia memohon maaf di hadapan UKM. Ia menyatakan memang terdapat miskomunikasi antar panitia, sehingga acara tak berlangsung sebagaimana seharusnya. Informasi yang mereka dapat, hanya ada 11 UKM yang akan sosialisasi.
“Panitia memberikan ruang dan kita harus memberikannya. UKM juga mintanya mengonsep sendiri gimananya. Akhirnya kita juga memberikan space waktu,” ujarnya sewaktu ditemui di belakang panggung (19/08).
Abi pun mempertimbangkan waktu yang diberikan kepada UKM dengan mematok 100 menit untuk 20 UKM. Artinya masing-masing UKM memiliki waktu 5 menit. Ia pun mengaku durasi itu sebenarnya kurang. Tapi menurutnya, hal ini menjadi wajar karena waktu tersebut hanya untuk presentasi pengenalan, sementara saat hari terakhir UKM diberi ruang tampil di malam puncak inagurasi.
Tetapi pada akhirnya, rencana itu tak terealisasi. UKM tetap tak mendapat ruang menunjukkan eksistensinya di masa orientasi Maba.
Salah satu Maba peserta PBAK Fakultas Adab dan Ilmu Budaya (FADIB)—yang tak ingin disebut namanya—merasa tidak sosialisasi UKM tak maksimal. Hanya segelintir yang jelas, waktunya pun menurutnya sangat singkat.
“Jadi kami tidak mendapat penjelasan tentang program apa aja yang ada di setiap UKM dan juga kita kurang mendapat pengetahuan tentang semua UKM yang ada di UIN,” katanya.
Reporter Selo Rasyd Suyudi, Fauzul Abid (magang) | Redaktur Dina Tri Wijayanti | Fotografer Nabil Ghazy (magang)